Wednesday, 13 April 2011

NABI SALEH



Bangsa Ad sudah lenyap binasa, karena dosa yang mereka perbuat. Negeri mereka sudah tandus dan kosong. Tetapi lama kelamaan di negeri itu terdapat satu bangsa yang menempati dan mendiaminya. Bangsa baru ini dinamakan dalam al-Quran, bangsa Tsamud. Merekalah yang berkuasa di atas bumi yang dikuasai oleh bangsa Ad dahulu itu.
Negeri itu dibinanya kembali, sehingga menjadi negeri yang makmur, lebih makmur lagi dari zaman bangsa Ad yang sudah lenyap itu. Penuh dengan kebun kebun, taman taman yang indah permai, dengan hasil yang berlipat ganda. Berdirilah kembali rumah rumah dan gedung gedung yang besar dan molek merupakan istana istana yang indah. Malah bukit bukit yang tinggi itu mereka lubangi menjadi rumah tempat tinggal yang teratur. Dengan rumah yang berupakan benteng benteng perlindungan yang kukuh kuat itu, mereka maksudkan dapat menjaga keselamatan diri dan keluarga mereka dari berbagai-bagai gangguan manusia dan alam. Hidup bangsa Tsamud ini penuh dengan harta kekayaan, senang bahagia tidak kekurangan suatu apa.
Hanya seperkara, sebagaimana juga bangsa Ad dahulu, mereka lupa sama sekali kepada Tuhan, tidak kenal sama sekali kepada Allah. Karena itu lama kelamaan mereka semakin jahat, jauh dari segala yang baik, malah menjadi sombong sesombong sombongnya dengan harta dan kekayaan yang mereka miliki itu. Mereka kira yang harta kekayaan mereka itu akan kekal di tangan mereka, kesenangan dan kebahagiaan hidup mereka akan tetap selamanya. Lalu mereka berbuat sekehendak hati mereka sendiri, menyembah dan memuja pula terhadap batu batu yang mereka buat sendiri merupakan patung. Tepat sebagaimana yang sudah terjadi di zaman Ad.
Kepada mereka lalu diutus Allah pula seorang Utusan, Saleh namanya. Untuk membawa mereka mengenal Allah, mensyukuri nikmat Allah, meninggalkan menyembah batu batu yang tidak berhak disembah itu.
Terhadap semua apa juga yang disampaikan Nabi Saleh itu, mereka menutup telinga dan memejamkan mata, tidak mahu tahu dan percaya. Nabi Saleh mereka pandang seorang yang tidak sepatutnya menasihati mereka, karena merekalah yang lebih pintar dan pandai, lebih kaya, terhormat dan berkuasa, kata mereka.
Hanya sebahagian kecil yang terdiri dari orang-orang melarat tingkatan rendah saja yang mahu mendengarkan dan menurut ajaran itu. Sedang yang lain jangankan akan mengikuti dan tunduk, malah Nabi Saleh mereka anggap tidak siuman otaknya, kena sihir atau dimasuki Setan, katanya. Kalau memang perlu nabi, maka kamilah yang pantas menjadi nabi, karena kami lebih pintar dan lebih mulia dalam masyarakat daripada engkau, kata mereka kepada Saleh.
Sungguhpun begitu, Nabi Saleh tetap menjalankan apa yang diperintahkan Tuhan kepadanya, menyampaikan ajaran ajaran yang benar, dengan kesabaran dan ketenangan. Sebab itulah makanya ada pula orang-orang yang melarat yang turut dan tunduk akan ajaran itu. Hal ini akhirnya membimbangkan orang-orang yang tidak mahu tunduk itu.
Mereka mencari cara dan jalan untuk memalingkan perhatian orang dari Nabi Saleh itu, yang dapat melemahkan dan merendahkan pandangan orang terhadap Saleh.
Begitulah pada suatu hari, mereka datang kepada Saleh dan berkata: Cuba engkau tunjukkan kepada kami satu mukjizat (keluarbiasaan) sebagai tanda kenabianmu itu. Kalau tidak, tentu engkauini orang yang bohong semata mata.
Mendengar kata dan pendirian mereka yang demikian itu, tidak ada yang dapat diperbuat Nabi Saleh selain berdoa kepada Tuhan: Ya, Tuhanku! Kaumku tetap mendustakan aku, selain sebahagian kecil saja yang beriman denganku. Untuk mengatasi ini, sudi apalah kiranya Tuhanku memberi aku satu mukjizat untuk jadi tanda kebenaranku. Dengan mukjizat mana, mudah mudahan mereka beriman jua!
Allah mengabulkan permintaan Nabi Saleh, lalu berfirman kepadanya: Pergilah mendapatkan kaummu dan katakan kepada mereka agar mereka berkumpul di luar kota di kaki gunung yang tampak itu, untuk dapat melihat mukjizat yang mereka kehendaki itu. Dari gunung itu nanti akan muncul seekor unta betina yang luar biasa bagus, besar dan gemuk, tidak pernah mereka melihat unta seperti itu. Tetek unta itu akan selalu penuh dengan air susu, sekali pun setiap jam diperah tidak henti hentinya. Setiap orang diperbolehkan mengambil air susunya, dengan syarat bahawa unta itu dibiarkan bebas sebebas bebasnya, tidak boleh diganggu dan diusik oleh siapa saja. Dan unta itu harus dibiarkan meminum air yang ada di sumur itu berganti hari dengan mereka penduduk. Ertinya hari ini air minum itu semuanya untuk unta itu, dan besoknya air sumur itu semuanya untuk penduduk. Begitulah seterusnya. Di hari giliran unta, tidak seorang juga manusia dibenarkan mengambil air. Begitu pula di hari giliran penduduk, unta tidak akan meminum sedikitpun. Setelah wahyu itu disampaikan Nabi Saleh kepada mereka, mereka berkumpullah menanti unta yang dimaksudkan itu. Tak lama kemudian, dari gunung itu muncullah seekor unta yang luar biasa bagus, gemuk dan besarnya, persis seperti apa yang diterangkan Nabi Saleh kepada mereka.
Unta itu langsung ke sumur dan meminum semua air yang ada. Dan benar bahawa tetek unta itu selalu penuh dengan air susu. Mereka mulailah mengambil tempat susu untuk dapat mengambil air susu dari unta itu.
Demikianlah saban hari, di hari mereka tidak dapat air dari sumur karena habis diminum unta, sebagai gantinya mereka dapat memerah air susu dari unta itu untuk diminum.
Begitulah dari hari ke hari, minggu ke minggu, orang orang beriman semakin bertambah kuat keimanannya, tetapi bagi orang orang yang engkar bukan menjadi beriman kerananya sebagai kata kata mereka ketika meminta minta mukjizat dahulu, malah mereka bertambah irihati terhadap Nabi Saleh dan orang orang yang beriman, mereka terus mengengkari seruannya terang terang.
Maka timbullah keinginan buruk dalam batin mereka untuk membunuh unta itu, agar kebenaran Nabi Saleh tidak tersiar kerananya. Mula mula mereka berani, tetapi kemudian ragu ragu dan takut, sebab sebagai dikatakan, Nabi Saleh mengancam dengan turunnya seksa Tuhan bila unta itu diusik.
Lama mereka itu berfikir-fikir antara membunuh unta itu atau tidak membunuhnya. Berapa kali di antara mereka mencuba mendekati unta itu untuk dibunuhnya, tetapi mereka akhirnya mundur karena khuatir akan seksaan yang dijanjikan Nabi Saleh itu. Lama konon unta itu tinggal merdeka menjadi perhatian orang banyak. Semakin banyak juga orang yang percaya kepada Saleh. Tetapi akal jahat dan niat buruk mereka itu membuka jalan bagi mereka untuk melakukan satu perbuatan yang sejahat jahatnya. Kecantikan seorang perempuan, akan mereka jadikan alat untuk menjalankan niat mereka yang jahat itu. Dengan perempuan cantik, dengan mudah mereka akan memperolehi pemuda yang berani untuk membinasakan unta itu.
Bila seorang lelaki telah dapat ditawan hatinya oleh seorang perempuan cantik, maka lelaki penakut bisa menjadi orang paling berani untuk menunaikan perintah perempuan yang cantik itu. Seorang lelaki yang se pintar pintarnya, bila sudah dapat ditawan hatinya oleh seorang perempuan cantik akan menjadi lelaki yang paling bodoh, sehingga dapat diperintah oleh si perempuan cantik itu melakukan pekerjaan yang bahaya sekalipun. Hal ini diketahui oleh mereka yang engkar dan kafir itu. Mereka tidak segan segan menjalankan tindakan keji itu. Seorang perempuan cantik yang derhaka, menyerahkan diri untuk melakukan lakonan berat ini.
Seorang perempuan cantik anak bangsawan dan kaya raya pula, Saduq binti AlMahya namanya, sanggup menyerahkan kehormatan dirinya kepada seorang pemuda berani, iaitu Masdak bin Mahraj, asal saja pemuda itu berani membunuh unta yang menjadi bukti kebenaran Nabi Saleh itu.
Masjid Quba
Ada lagi seorang perempuan tua yang keparat pula, dengan rela hati menyerahkan pula seorang anak gadis remaja kepada pemuda yang bernama Qudar bin Salif, asal saja pemuda itu berani pula membunuh unta itu.
Kedua pemuda itupun rupanya belum berani melakukan pembunuhan atas unta itu berdua duaan saja, lalu mencari teman teman lainnya. Mereka dapat teman tujuh orang lagi. Begitulah akhirnya semua mereka itu dengan diam diam mendekati akan tempat di mana unta itu berada, lalu memanah unta itu sehingga patah kakinya sebelah, diiringi oleh pukulan pedang yang tajam oleh Qudar bin Salif, sehingga terburailah perut besar dan usus unta itu keluar. Unta itupun lalu roboh ke tanah dan mati.
Kedua pemuda tadi lalu kembali mendapatkan kaumnya membawa khabar gembira ini dengan buktinya sekali. Semua rakyat engkar yang menjadi golongan mereka, menyambut kedua pemuda itu sebagai sambutan seorang jenderal besar yang menang perang layaknya, bahkan lebih dari itu. Keberanian pemuda pemuda itu dipuja setinggi langit dengan kata dan pujaan yang luar biasa.
Mereka sudah bunuh unta itu, dan tidak terjadi apa apa. Lalu mereka mengejek akan firman Allah, peringatan Nabi Saleh yang telah memberi ancaman kepada siapa yang berani membunuh unta itu. Mereka mengejek dan berkata: Ya, Saleh, datangkanlah sika yang telah engkau janjikan itu, sekiranya engkau benar benar utusan Allah.
Saleh berkata kepada mereka: Saya sudah beri peringatan kepadamu sekalian, tetapi peringatan saya itu sudah kamu langgar dengan nyata. Kamu sudah berbuat dosa. Sekarang kamu boleh bersenang-senang dan bergembira atas kematian unta itu tiga hari saja. Sesudah tiga hari, seksa yang dijanjikan Tuhan itu akan datang, dan bukanlah ini perjanjian yang bohong.
Tempoh tiga hari masih diberikan kepada mereka oleh Nabi Saleh, dengan harapan mudah mudahan mereka insaf dan minta ampun, beriman kepada Allah dan utusanNya. Tetapi oleh kaum yang derhaka dan celaka itu, dianggap sebagai tanda kelemahan. Belum sampai tiga hari, mereka sama sama datang kepada Nabi Saleh mengejek lagi dengan bertanya: Percepatkanlah datangnya seksa yang engkau janjikan itu. Dan banyak lagi cara cara mereka mengejek itu.
Nabi Saleh hanya berkata: Hai, kaumku, kenapa kamu minta segera datangnya seksa, bukan kebaikan? Kenapa kamu tidak minta ampun kepada Allah, mudah mudahan kamu diberinya ampun?.
Sehari sebelum janji itu habis, karena mereka masih ragu ragu dan syak, sehingga berhati takut takut terhadap seksa yang dijanjikan itu, maka mereka mengadakan rapat raksasa sekali, di mana mereka bersepakat akan membunuh Nabi Saleh di malam itu juga, kerana sangka mereka dengan matinya Nabi Saleh, seksa itu mungkin tidak datang. Allah melindungi NabiNya, sehingga terjauh dari pembunuhan di malam itu.
Besoknya sebagaimana yang dijanjikan Nabi Saleh, maka azab atau seksa yang dijanjikan Tuhan itu turunlah, berupakan badai taufan yang sedahsyat dahsyatnya, sehingga mereka berserta harta benda dan ternak mereka musnah sama sekali. Rumah-rumah mereka yang besar-besar dan kukuh menjadi abu yang berterbangan kena tiupan taufan dahsyat. Hanya Nabi Saleh dan pengikutnya saja yang selamat. Melihat kejadian sedih itu, Nabi Saleh berkata: Hai, kaumku, sudah saya sampaikan kepadamu apa yang diperintahkan Allah menyampaikannya, dan sudah cukup nasihatku kepadamu, tetapi kamu tidak suka kepada orang yang beri nasihat.
Bangsa Ad dan Tsamud ini berulang ulang disebut Allah di dalam Kitab Suci al-Quran sebagai dua bangsa terjelek di permukaan bumi ini di zaman purba, sebelum lahirnya Nabi Muhammad s.a.w., sesudah kaum Noh yang juga sering disebut sebagai bangsa yang terjelek. Kedua bangsa terjelek tersebut sudah dihancurkan Allah se penuhnya. Bukan saja bangsa (manusia)nya yang dihancurkan Allah, tetapi juga seluruh harta benda, rumah dan tanah yang mereka diami, lebih hebat dari penghancuran yang disebabkan bom atom yang dijatuhkan di Hiroshima dan Nagasaki.
Kalau ditanyakan orang, bangsa manakah yang terjelek di zaman sekarang ini, kita tak dapat menjawabnya, hanya Allah sajalah yang mengetahuinya. Dan menurut sebahagian ulama, sebagai mukjizat dari Muhammad s.a.w., sesudah Nabi Muhammad s.a.w., Allah tidak lagi akan melakukan penghancuran total demikian rupa sekalipun atas bangsa terjelek, kalau bangsa terjelek itu di zaman sekarang atau di zaman yang akan datang. Kepada Nabi Muhammad diajarkan bahawa Allah bersifat bahkan bernama as-Sabur, yang bererti sangat sabar. Segala seksaan hebat, Allah undurkan pelaksanaannya sampai nanti di Akhirat terhadap orang-orang atau bangsa-bangsa terjelek itu.
Sekalipun begitu, namun seksa seksa yang tidak bersifat total, melainkan bersifat insidental dan bersifat setempat, akan terus menerus dilaksanakan Allah atas orang dan bangsa atau golongan yang sudah melewati batas kejahatan atau dosanya. Seksa itu mungkin berupa perang hebat, kekacauan atau bencana alam. Setiap kekacauan dan bencana alam pada hakikatnya menurut Agama Islam adalah merupakan peringatan dari Allah, agar manusia kembali ingat dan beriman kepada Allah. Sebab itu, untuk mengatasi segala macam kekacauan dan bencana, selain tindakan yang bersifat politik, ekonomi dan sosial, harus dilaksanakan pula dengan cara bertaubat, minta ampun, bersyukur, memuji-muji terhadap Allah, dan dengan mempergiat berbagai-bagai ibadat dan amal kebajikan yang diperintahkan dan diajarkan Allah. Perbanyakan sembahyang, puasa, zikir, doa dan bersedekah terhadap fakir miskin atau orang orang yang kesusahan. Dengan jalan begitu, Allah akan melenyapkan segala kekacauan dan bencana-bencana itu.

No comments:

Post a Comment